Batik Tulis Tjokro berdiri pada tahun 1977, Nama “Tjokro” berasal dari nama “Tjokro Satmoko”, kakek dari Bpk Bukhari, pendiri Batik Tjokro.
Diawali dari warisan budaya batik tradisional desa Bakaran dan berawal dari usaha kecil yang dirilis oleh Bpk Bukhari Wiryo Satmoko untuk melestarikan budaya dan seni batik tulis di desa Bakaran, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Kami dari awalnya memang sudah memiliki warisan dari nenek moyang kami sebuah batik yang memiliki ciri dan motif khas yang tidak dimiliki batik-batik lain di Indonesia.
Ciri yang mendominasi adalah warna hitam, biru tua, putih dan coklat tua atau istilah jawanya “gosong” pada warna sogan pada batik klasik dan warna cerah pada batik modern, sedangkan motif dan coraknya merupakan corak asli daerah yang banyak dipengaruhi budaya Kerajaan Majapahit. Batik Tulis Tjokro juga menonjolkan aspek-aspek budaya pesisir utara Jawa.
Batik Tulis Tjokro mampu menjaga eksistensi dalam industri Batik dengan tetap menjaga kualitas produk. Dengan penggunaan bahan-bahan dasar berkualitas tinggi serta bahan pewarnaan sintesis modern, sehingga produk batik yang kami hasilkan mampu awet, warna tidak cepat pudar dan tidak mudah sobek tanpa mengurangi hasil batik yang elegan dan bernilai seni tinggi.
Batik Tulis Tjokro Bakaran merupakan salah satu budaya batik asli warisan bangsa Indonesia.
Sejarah Batik Bakaran Wetan
Batik Bakaran, yang sekarang terpusat pada kedua desa yaitu Bakaran Wetan dan Bakaran Kulon yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Juwana sudah ada sekitar abad ke 14 dan berhubungan dengan seorang penjaga benda–benda seni Kerajaan Majapahit yang bernama Nyi Siti Sabirah (Nyi Danowati) yang ketika itu datang di Desa Bakaran Wetan karena misi pelarian untuk mencari tempat persembunyian, saat beliau dikejar – kejar oleh tentara Islam karena keruntuhan Kerajaan Majapahit yang terdesak oleh kekuasaan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yaitu Demak.
Beliau bersembunyi di Desa Bakaran Wetan dan dalam penyamarannya beliau membuat langgar tanpa mighraf yang sampai sekarang disebut Sigit yang bertujuan supaya beliau dikira sudah memeluk agama Islam. Semasa persembunyiannya di Desa Bakaran Wetan, kegiatan beliau sehari–hari adalah membatik sekaligus mengajarkan keahliannya membatik, dengan keahliannya tersebut beliau mengajarkan cara membatik kepada anak cucunya sehingga keahliannya tersebut menurun ke anak cucunya sampai sekarang ini.
Hal inilah yang menyebabkan Batik Bakaran sangat dipengaruhi oleh budaya Kerajaan Majapahit selain kemudian mengakomodasi budaya pesisir utara Jawa. ( sumber : http://www.batik-tjokro.com)
terimakasih infonya pak, sangat berharga sekali, jangan lupa mampir ke blog saya pak
BalasHapushttp://sell-javabatik.blogspot.com/
Terimakasih.