Mari kita selamatkan generasi muda Pati,dari bahaya miras ! ********** Hindari korban sis-sia karena miras ! ******** Korban miras di Sumedang mencapai 127 orang (www.metrotvnews.com)******** Miras dapat meyebabkan gangguan otak,penglihatan/kebutaan,gangguan pernafasan bahkan meninggal ********

Sabtu, 25 Mei 2013

Genuk Kemiri

Generasi  yang hebat adalah generasi yang tidak melupakan sejarahnya. Dan orang yang hebat adalah orang yang bagaimana mau belajar dari sejarah. Dari peristiwa-peristiwa lampau yang dimabil hikmah dan segala koreksinya. Sekali lagi saya tekankan disini sejarah adalah bukan ilmu dimana kita berlomba-lomba untuk menghapal banyak ataupun memberi tanda silang maupun bulat pada jawaban yang kemungkinan memang sengaja dibodohkan untuk menjebak para siswa. Sejarah bukan hanya sekedar membaca dan menghapal tahun serta tokoh, tetapi jauh daridapa itu, dari sejarah kita bisa melihat hegemoni yang luar biasa ataupun juga sumber motivasi dari suatu peristiwa maupun ajaran tertentu. Sejarah bukanlah ilmu eksakta yang pasti benar, tetapi sejarah lahir dari sebuah ketidakpastian dan kecurigaan terhadap sesuatu. Nah itu beberapa pencerahan tentang sejarah.
Nah di sore yang berbahagia beberapa manusia yang tidak mau merugi dan dating dari berbagai kalangan mengikuti sebuah kegiatan yang sederhana. Sebuah kegiatan yang dirancang hanya dari segelas minuman kopi. Yah kegiatan ngabuburit (menunggu berbuka) dengan bersepeda dengan juga tujuan ke situs bersejarah Pati yang menurut banyak sumber adalah cikal bakal lahirnya Kota Pati yaitu Situs Kadipaten Pesantenan di Kemiri.  Sebuah situs dengan 4 sumber sejarah yang tercatat adalah:
  1. Dua beringin kembar
  2. Pendopo Kabupaten Pati
  3. Sitinggil keraton kadipaten Pati
  4. Genuk Kemiri atau juga disebut genuk Mantini
  5. Makam kembangjoyo Aryo Kencana
Kegiatan ini sendiri diikuti oleh sekelompok pemuda yang tergabung dalam Komunitas Pati Peduli yang juga berdasarkan namanya peduli terhadap berbagai bidang di Pati. Tak terkecuali dengan sejarah Pati. Banyak anak muda sekarang yang tidak tahu sejarah lokal Pati. Nah ini yang mengikis Local Genius orang Pati sehingga mereka lebih suka menerima dengan mentah budaya asing. Kearifan lokal yang dibangun dengan Local Genius (menerima budaya asing tetapi telah disesuaikan dengan budaya lokal) akhirnya mulai terkikis dan inilah yang melahirkan kota “Magak”. dan selanjutnya mari kita mengetahui dan belajar tentang apa yang ada dalam situs Kemiri dan nanti kita coba bedah dengan tinjauan ilmiah.
1. Dua Beringin Kembar
Setiap pembangunan keraton dalam kebudayaan Jawa ada kepercayaan untuk selalu menanam terlebih dahulu pohon beringin yang biasanya berjumlah dua. Hal ini bisa kita lihat juga di Keraton Mataram yang juga terdapat dua beringin baik di alun-alun lor maupun kidul. Menurut kepercayaan penanaman beringin ini mempunyai filosofi untuk menjadi pengayom masyarakat. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa mengayomi masyarakat yang ada. Yah ini termasuk local genius yang ada. filosofi-filosofi seperti inilah yang memang asli kebudayaan Indonesia. Menarik sekali apa yang dikatakan Pak Slamet “Juru Kunci” sekarang pemimpin tidak ada yang mampu menjadi pengayom masyarakat karena hal-hal seperti penanaman pohon beringin ini mereka mulai lupakan. Nah kalau menurut imajinasi liar saya, jelas wong para pemimpin tuh pohonnya pada ditebangi jadi yang sejuk-sejuk hilang donk, dan hawanya tentunya panas terus, akhirnya mereka ga bisa berpikir dengan kepala sejuk tetpai gerah terus. Hehehehe
Dua pohon beringin kembar yang ada di situs Kemiri ini usianya sekitaran 800an tahun. Pohon ini berada ketika awal pembangunan Keraton Pesantenan sekitar abad 12 an. Dan yang saya pikirkan saat itu adalah biasa dua pohon beringin yang ditanam adalah simetris satu garis lurus. Dari sini saya coba mereka-mereka apakah memang dahulu arah keraton ini memang dimiringkan atau kebetulan saja 2 pohon ini ditanam tidak simetris. Kalau saya hubungkan dengan Sitinggil yah kemungkinan memang dua pohon tidak ditanam simetris. Tetapi saya masih ragu dengan rekonstruksi keraton yang ada dalam otak saya. Masih serba membingungkan untuk peninggalan sebuah keraton era abad 12an.
2. Pendopo kabupaten Pati
Berdasarkan cerita Juru kuncinya, pendopo ini dipindah dari Kaborongan pada Tahun 1997an oleh Bupati Yusuf Muhammad. Dan sebagian sudah hasil pugaran dan sebagian masih dipertahankan keasliannya. Yang terlihat adalah yang asli adalah bagian depannya saja(tampak paling depan) tetapi asli tahun kapan ini yang menjadi pertanyaan. Karena apa yang pernah saya baca dahulu Pati pernah mengalami kevakuman yang teramat panjang setelah Tandanegara sampai kemudian Penjawi dan anak turunnya. Dan ketika penyerangan Sultan Agung terhadap Pragola II yang menyebabkan prahara Pati, peninggalan Pati baik kadipaten, kitab, maupun pusaka, sampai cewek-ceweknya diboyong ke Mataram. Dan pastinya kadipaten (kantornya) turut dihancurkan total atau minimal mengalami kerusakan yang parah untuk menghilangkan hegemoni rakyat Pati sendiri. Nah pertanyaannya terus pendopo Pati ini dari era sapa donk????????? Yang menarik juga adalah 2 soko (tiang) bagian pojok kiri ternyata arahnya tidak simetris tidak dengan tiang-tiang lainnya. Ketika ditanyakan ke juru kuncinnya belum dijawab.
3. Sitinggil Raden Kembangjaya
Sitinggil adalah semacam mimbar ataupun podium sekarang. Ketika Raden Kembangjaya mau memberikan titah ataupun wejangan beliau akan berdiri di Sitinggil yang memang sengaja ditinggikan ini agar suara beliau bisa didengar hadirin yang datang. Sitinggil yang ada sekarang adalah tumpukan batu bata. Dan ditempat ini orang biasa mengheningkan cipta kepada Tuhan. Dan ditempat ini seperti penjelasan beliau Sang Juru Kunci, biasanya diadakan petemuan gaib para wali, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Ampel, dan sunan-sunan lainnya bertemu di Sitinggil ini. Bila bertemu lampu yang ada di Sitinggil akan padam sendiri. Dan biasanya arwah Soekarno juga datang kesini ketika akan ada suatu peristiwa besar di negeri ini. Yaaahh ini adalah fenomena yang biasa terjadi dalam masyarakat Indonesia, suatu peninggalan sejarah sebagian besar selalu dikaitkan dengan mistik. Dan ini berlaku juga dibeberapa situs yang ada di kemiri ini tidak hanya di Sitinggil ini. Dalam hal ini memang ada segi positif dan negative. Sisi positivenya bahwa orang akan takut bertindak sembarangan disitus sejarah ini, tetapi segi negativenya juga banyak orang mempercayai mengambil sesuatu dari tempat keramat atau sejarah ini bisa mendapatkan kelebihan *nanti bisa dilihat di genuk kemiri yang cuwil-cuwil.
4. Makam Kembangjaya AryoKencono
Di tempat ini terdapat sebuah makam dan sebuah batu yang berasal dari tumpukan kemenyan. Makam ini menurut penjelasan dari sang juru Kunci adalah tempat bertemu moksa (berpisahnya jiwa dan raga. Yang jasadnya juga menghilang) antara Joyokusumo dan juga patinhya yaitu Aryo Singosari atau dalang Soponyono. Jadi Kembangjoyo ini dimanapun tempatnya tidak ditemukan kuburannya. nama makam ini adalah Kembangjoyo Aryo Kencono diambil dari kata Kembangjoyo dan Aryo Singosari serta Kencono yang artinya pusaka. Makam ini sering diziarahi apalagi pas bertepatan dengan Pilkada. Padahal makam ini belum jelas milik siapa atau hanya sebatas petilasan (mungkin saja pusaka kerajaan ataupun apa). Yah makam ini masih misterius entah milik siapa?? Ataukah justru makam pengikut Kembangjoyo yang ikut membabat alas Kemiri??
5. Genuk Kemiri atau Genuk Mantini
Inilah sebenarnya icon dari semua peninggalan yang ada di Kemiri yaitu Genuk (semacam Gentong). Genuk ini konon cerita adalah genuk milik sesepuh dari Kemiri yang pada saat Kembangjoyo membuka alas Kemiri beliau merasa kehausan dan diberi minuman semacam dawet yang berasal dari santan kelapa. Ketika itu beliau bertanya pada sesepuh Kemiri minuman apa yang diberikan kepadanya, dijawab bahwa minuman ini berasal dari santan, nah inilah cikal bakal nama Pesantenan yang kemudian menjadi kerajaan dari Kembangjoyo dengan pusat di Kemiri. Ada versi lagi bahwa genuk ini adalah penjelmaan dari Ki Ageng Mantini karena ketika itu sang Ki Ageng ini meminjam pusaka Kuluk Kanigoro dan Keris rambut Pinutung dari kembangjoyo dan dia tahu bahwa bila memegang dua pusaka ini maka dia menjadi pemimpin yang masyhur. Tetapi ketika kedua pusaka itu diminta lagi oleh kembangjoyo sang Ki Ageng ogah untuk mengembalikan. Akhirnya Ki Ageng itu dikutuk menjadi genuk oleh kembangjoyo.
Yang menarik adalah apakah benar bukti sejarah Pati diambil dari sebuah genuk. Padahal genuk ini sangat menuai kontroversi bila dilihat dari bentuknya. Yang sekarang berkembang hanyalah pada keyakinan. Tidak ada tanda apapun yang saya temukan dari genuk ini. Entah genuk ini dari abad berapa. Fungsi genuk sendiri bisa untuk mandi, tempat dawet seperti yang diceritakan, ataupun sebatas untuk menampung air. Nah untuk genuk ini apakah iya benar untuk tempat dawet. Kalau tempat dawet kok besarnya seperti tempat untuk mandi?? Sangat menarik untuk dianalisa lebih lanjut mengenai genuk kemiri ini??
Menurut kepercayaan orang-orang, bahwa air di dalam genuk ini memiliki khasiat dan bila ingin menerima khasiatnya orang biasa akan melemparkan koin ke dalam genuk. Dan disini inilah kearifan lokal yang menyelimuti genuk kemiri. Menurut sang Juru Kunci sebenarnya yang Ngisi air ini adalah beliau sebagai perantara, yang sebenarnya adalah raden Ayu Kartini. (tokoh ini beda dengan R.A Kartini dari Jepara). Dahulu air ini bisa keluar sendiri dari sumbernya, tetapi untuk sekarang karena perubahan jaman, air ini diisi oleh sang Juru Kunci dengan ritual khusus tiap hari jumat.

Demikianlah apa yang bisa terekam dalam kegiatan Ngabuburit ke tempat-tempat Sejarah Pati ini. Banyak sekarang anak muda bahkan orang tua di Pati sendiri tidak mengerti dan tahu tentang Sejarah Pati sendiri sehingga ini yang kemudian menidurkan Pati itu sendiri. Orang tidak tahu bahwa Pati dahulu pernah menjadi sebuah negeri yang besar tidak hanya kota pensiunan yang adem ayem. Tidak banyak orang tahu bahwa Pati memiliki sejarah panjang lebih panjang dai Sejarah Mataram, dan orang seakan tidak mau tahu dengan apa yang pernah terjadi terhadap Pati.  Yang paling memprihatinkan bahwa hanya ketika Pilkada para pemimpin mau mengunjungi tempat ini dengan tujuan ngalap berkah. Dan sangta memprihatinkan lagi wisata budaya di kota ini seakan tidak mau dikembangkan. Apakah ini dampak dari julukan “pensiun” itu sendiri. Yah sudah sepatutnya mari kita tanamkan kecintaan terhadap Pati dan Indonesia dengan mencintai sejarahnya. Tidak hanya mandeg di slogan “bali deso, mbangun deso”, atau mbangun deso niti projo, atau berjuang atas nama wong cilik, atau slogan-slogan yang lainnya. Gimana mau membangun wong riwayat hidup kotanya saja tidak tahu,
Terima kasih…
posted by Mas Ragil

*gambar-gambar kegiatan

(rekan2 sedang mendapat penjelasan di depan 2 beringin)

(pendopo kabupaten pati -- kemiri)

(bagian dalam dari atap pendopo, menurut keterangan sudah tidak asli lagi)

(Makam Kembangjaya AryoKencono)

(Gambar Genuk Kemiri/Genu Mantini)

Catatan : hanya ikutan mempopulerkan saja Gan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar